Selasa, 22 Mei 2012

Asal Nama Pangkalan Panji

Dahulu kala di sebuah hutan belantara, tinggallah seorang pemuda yang sangat tampan dan baik hati. Pemuda itu tinggal bersama kakeknya di dalam rumah yang sangat sederhana yang beratap daun rumbia, dan berdinding papan. Kedua orang tuannya telah tiada. Kakeknyalah yang merawatnya sejak kecil. Pemuda itu bernama Panji.
Sang kakek memiliki ilmu bela diri dan juga memiliki kesaktian. Di bawah asuhan sang kakek, Panji diajarkan ilmu bela diri. Ia juga diajarkan hidup disiplin dan tidak sombong sebagai manusia. Bahkan, semua kesaktian yang dimiliki sang kakek pun diturunkannya kepada Panji karena sang kakek yakin Panji tidak akan menyalahgunakan ilmu yang telah diberikannya. Seiring bertambahnya waktu, Panji semakin mantap dengan ilmu yang diberikan sang kakek dan ia telah menguasai semua ilmu yang diajarkan sang kakek.
Seiring bertambahnya waktu, Kakek pun semakin bertambah umurnya. Tubuhnya semakin renta dan pandangannya pun sudah kabur dan sakit-sakitan.Hari itu sang kakek memanggil Panji.
“Panji cucuku, kemarilah!”
“Iya ,Kek. Aku di sini.” Panji mendekat dan memegang tubuh kakek.
“Panji cucuku, kakek sudah tua dan tidak ada lagi yang bisa kakek berikan kepadamu, mungkin umur kakek tinggal sebentar lagi.”
“Kakek!” ucap Panji dengan lirih.
“Kakek minta semua yang telah kakek berikan dapat kau gunakan dengan sebaiknya, jangan disalahgunakan.”
“Kek!” ucap Panji mencoba menahan emosi
“Setelah kakek tiada, pergilah ke kota, carilah pekerjaan dan hiduplah dengan uang hasil jerih payahmu. Akan tetapi, ingatlah, di kota banyak orang-orang jahat. Jagalah dirimu, jangan sampai engkau ikut-ikutan seperti mereka, tegakkanlah keadilan di sana!”
“Iya Kek, saya berjanji.” Jawab Panji mencoba meyakinkan kakeknya walaupun hatinya sangat sedih.
Tidak lama setelah kejadian itu, sang kakek meninggalkan Panji untuk selama-lamanya. Panji tak kuasa menahan air mata dan kesedihannya. Ia merasa sendiri. Setelah memakamkan kakeknya, ia pun melaksanakan pesan terakhir kakeknya.Ia tinggalkan tanah kelahirannya dan pergi ke kota.
Setelah lama berjalan, sampailah ia di kota. Ia pun bekerja dan tinggal di sana. Ia pun membuktikan sendiri ternyata apa yang disampaikan sang kakek memang benar. Perampok sangat sering terjadi. Saat melihat perampok beraksi, Panji langsung memberantasnya. Karena keberaniannya, Panji menjadi terkenal sebagai pemuda misterius yang berani melawan kejahatan.
Keberanian Panji melawan kejahatan sampailah ke telinga sang sang raja. Raja pun menyuruh pengawalnya untuk mencari Panji.
“Hulubalangku, ke marilah!”
“Duli Tuanku” jawab hulubalang.
“Segeralah kau Pergi mencari pemuda yang bernama Panji. Kudengar ia memiliki kesaktian yang tinggi dan bawalah ia menghadapku.”
“Baik Tuanku, hamba berangkat.”
Berangkatlah hulubalang raja untuk mencari pemuda bernama Panji. Setelah lama berjalan, akhirnya hulubalang raja berhasil menemukan Panji dan membawanya ke hadapan raja.
“Duli Tuanku, hamba Panji datang menghadap”
“Benar kau pemuda yang telah berani melawan setiap terjadi perampokan?” Tanya sang raja.
“Benar Tuanku,” Jawab Panji
“Aku telah mendengar keberanianmu dan kesaktianmu. Untuk itu, sekarang engkau kuangkat menjadi panglima perang kerajaan.”
“Hamba dengan senang hati menerima tugas yang Tuan berikan pada hamba.”
“Aku juga akan memberikan puteriku yang cantik ini sebagai istrimu”.
“Terima kasih, Tuan,” jawab Panji terbata-bata karena tidak menyangka raja memberinya sesuatu yang luar biasa, sesuatu yang tidak pernah terbesit dalam hatinya.
Panji pun diangkat sebagai panglima perang dan dinikahkan dengan putri raja.
Di bawah pimpinan Panji, negeri itu menjadi makmur dan terkenal akan kekuatannya. Perampok dan pemberontak ditumpas habis, sehingga negeri itu menjadi sejahtera. Setiap ada peperangan, Panji selalu berada di barisan terdepan.
Karena jasa besar Panji, raja akhirnya mengubah nama negeri mereka menjadi Pangkalan Panji. Nama pangkalan di ambil dari pelabuhan dagang kerajaan yang merupakan pangkalan kerajaan yang telah menjadikan negeri itu sejahtera. Panji dan istrinya hidup bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar