Dahulu kala di sebuah desa di pangkalan balai hiduplah seorang janda
denngan kedua anaknya. Anaknya yang pertama berumur 10 tahun dan anaknya
yang kedua masih bayi. Mereka telah menjadi yatim.
Ibunya mencari nafkah untuk kedua anaknya yang masih kecil-kecil itu. Mereka hidup sangat sederhana. Mereka mencari apa saja yang ada di hutan untuk dimakan. Ibunya juga mencari ikan di sungai dan dapatlah seekor ikan mas besar. Dibawanya ke rumah lalu dimasaknya. Tertapi ikan ma situ belum dimakan dan disimpan dalam lemari.
Sore hari ibu mencari jangkrik di hutan untuk dimakan. Selam berjam-jam ia mencari jangkrik untuk menjadi samtapan bagi mereka atau pun dijual. Hasil penjualan jangkrik dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Setelah ia medapatkan jangkrik yang banyak ia pulang ke rumahnya. Dilihatnya makanan telah habis. Anaknya yang bersikap kurang ajar kepada ibunya. Jangkrik-jangkrik yang ditangkap dari sore hingga malam itu dilepaskannya saja. Apa boleh buat. Ibuhnya menangis karena sikap anaknya yang kurang ajar terhadapnya.
Ia pun pergi ke hutan dan menangis di balik batu besar.
“Ya uhan, alangke kurang ajar anakkum temukelah aku dengan batu betangkop, gek aku ditelannya dem tu ak ketemu lagi dengan anakku.”
“Kau diamlah. Aku batu betangkop yang kau cari. Aku akan menelanmuj jika kau mau,” ujar batu besar uyang ia duduki.
Seketika batu itu terbelah dan menelan ibu itu dan hanya jari ibu yang tersisa di luar batu. Anaknya mersa bersalah akan kelakuakn yang ia perbuat pada ibunya. Ia lalu mencari ibunya di huan. Sambil menggendongg adiknya yang masih bayi. Ia menjerit memanggil ibunya.
“Umak…Umak kau di mane oi umak, aku tak sengaje kurang ajr deng umak,”jeriytnya
Lalu ia treingat dengan omongan ibunya mengenai batu betangkop yang ada di hutan. Ia mencari bau tersebut sambil bertembang
“Betu belah, betu betangkup, jengan kau telan umakku, kau di mane.”
I menjerit selalu me,mangggil nama ibunya dan tak henti-hentinya bertembang. Adiknya menangis karena kelaparan ingin menyusu dengna ibunya.
Tiba=tiba sebuah batu besar memangilnya.
“Umakkmu sudah kumakan. Potonglah jempol tangan umakmu ini untuk adekmu,” ujar batu.
Dipotongnyalah jempol ibunya untuk menjadi pengganti ASI dari ibunya untuk adiknya. Ia berlari meninggalkan hutan dan mengingat kejadian itu sampai tua.
Ibunya mencari nafkah untuk kedua anaknya yang masih kecil-kecil itu. Mereka hidup sangat sederhana. Mereka mencari apa saja yang ada di hutan untuk dimakan. Ibunya juga mencari ikan di sungai dan dapatlah seekor ikan mas besar. Dibawanya ke rumah lalu dimasaknya. Tertapi ikan ma situ belum dimakan dan disimpan dalam lemari.
Sore hari ibu mencari jangkrik di hutan untuk dimakan. Selam berjam-jam ia mencari jangkrik untuk menjadi samtapan bagi mereka atau pun dijual. Hasil penjualan jangkrik dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Setelah ia medapatkan jangkrik yang banyak ia pulang ke rumahnya. Dilihatnya makanan telah habis. Anaknya yang bersikap kurang ajar kepada ibunya. Jangkrik-jangkrik yang ditangkap dari sore hingga malam itu dilepaskannya saja. Apa boleh buat. Ibuhnya menangis karena sikap anaknya yang kurang ajar terhadapnya.
Ia pun pergi ke hutan dan menangis di balik batu besar.
“Ya uhan, alangke kurang ajar anakkum temukelah aku dengan batu betangkop, gek aku ditelannya dem tu ak ketemu lagi dengan anakku.”
“Kau diamlah. Aku batu betangkop yang kau cari. Aku akan menelanmuj jika kau mau,” ujar batu besar uyang ia duduki.
Seketika batu itu terbelah dan menelan ibu itu dan hanya jari ibu yang tersisa di luar batu. Anaknya mersa bersalah akan kelakuakn yang ia perbuat pada ibunya. Ia lalu mencari ibunya di huan. Sambil menggendongg adiknya yang masih bayi. Ia menjerit memanggil ibunya.
“Umak…Umak kau di mane oi umak, aku tak sengaje kurang ajr deng umak,”jeriytnya
Lalu ia treingat dengan omongan ibunya mengenai batu betangkop yang ada di hutan. Ia mencari bau tersebut sambil bertembang
“Betu belah, betu betangkup, jengan kau telan umakku, kau di mane.”
I menjerit selalu me,mangggil nama ibunya dan tak henti-hentinya bertembang. Adiknya menangis karena kelaparan ingin menyusu dengna ibunya.
Tiba=tiba sebuah batu besar memangilnya.
“Umakkmu sudah kumakan. Potonglah jempol tangan umakmu ini untuk adekmu,” ujar batu.
Dipotongnyalah jempol ibunya untuk menjadi pengganti ASI dari ibunya untuk adiknya. Ia berlari meninggalkan hutan dan mengingat kejadian itu sampai tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar